Kamis, 27 Maret 2014

MODUL PATHOFISIOLOGI HIPERTENSI



MODUL PATHOFISIOLOGI
HIPERTENSI



Disusun Oleh :
Antias Eva Puspa Ningrum    : 11S10004
Henny Septiana                        : 11S10016
Rianti Esmerelda                      : 11S10030
Risna Herliani                           : 11S10032
Yessiya Ensepa                         : 11S10039
Yusida Arianti                          : 12S10024

DOSEN PENGAJAR
dr. Safril

PROGRAM STUDI S1 GIZI
STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU
TAHUN 2013 / 2014


DAFTAR ISI

                                                                                                 Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................        2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................        3
A.    Latar Belakang............................................................................        3
B.     Rumusan Masalah.......................................................................        4
C.     Tujuan..........................................................................................        4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................        5
A.  Pengertian Penyakit Hipertensi...................................................        5
B.  Jenis-jenis Penyakit Hipertensi ...................................................        7
C. Penyebab Hipertensi.....................................................................        8
D. Tanda dan Gejala Hipertensi ......................................................         9                     
E. Pemeriksaan Laboraturium Terkait Penyakit Hipertensi...............        11
F. Komplikasi Berbagai Penyakit Terkait Hipertensi........................        12
G. Pengaruh Nutrisi Terhadap Penyakit Hipertensi..........................        14
BAB III PENUTUP...............................................................................        16
A.    Kesimpulan..................................................................................        16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................        17



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh banyak orang dan Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban fikiran yang semakin meningkat. Hipertensi tidak lagi diderita dari kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

Di belahan dunia manapun, termasuk Indonesia, orang kerap salah paham dengan penyakit hipertensi. Statistik menunjukkan, penyakit-penyakit “maut”, misalnya jantung dan stoke sering diawali dengan tekanan darah tinggi. Hanns Peter Wolf, seorang dokter berkebangsaan Jerman, menyebutkan bahwa sekitar 40% kematian di bawah 65 tahun berawal dari tekanan darah tinggi (Marliani dan Tantan, 2007).

Penyakit tidak menular khususnya hipertensi telah menyumbang 3 juta kematian. Pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak memengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi. Pada tahun 2005, telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2001).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi (WHO, 2001).
Kerusakan yang disebabkan dari hipertensi dapat berakibat fatal yang menimbulkan kompikasi berupa serangan jantung, stroke, perdarahan dan gangguan ginjal. Hasil survey kesehatan yang dilakukan pada tahun 2001 oleh Departemen Kesehatan RI, menunjukkan perbandingan orang yang menderita penyakit hipertensi cukup tinggi, yaitu 56 orang dari 100 orang disurvey, mengidap penyakit hipertensi (Depkes RI, 2001).

Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia tentang Pengendalian Hipertensi mengadakan pertemuan di Jenewa, E. Barmes, wakil Direktur Divisi Penyakit Tidak Menular menjabarkan bahwa hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian (WHO, 2001).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara medis dan non medis. Melalui cara non medis, penderita hipertensi yang rawat inap dapat menjalani diet sesuai dengan keluhan penyakit komplikasinya. Jenis diet diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter tentang penyakit komplikasi yang diderita oleh penderita hipertensi rawat inap yang bertujuan untuk memenuhi status gizi, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Status gizi merupakan konsumsi gizi makanan pada seseorang yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan seseorang. Status gizi yang baik diyakini dapat membantu proses penyembuhan penyakit serta memperlambat timbulnya komplikasi dari hipertensi terutama pada pasien hipertensi yang menjalani rawat inap. Status gizi pasien hipertensi rawat inap dapat diukur melalui indeks massa tubuh pasien tersebut. Status gizi yang baik pada penderita hipertensi dapat dicapai melalui pengendalian berat badan dan penatalaksanaan diet (Hart dan Tom, 2010).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu penyakit Hipertensi ?
2.      Apa saja jenis-jenis penyakit Hipertensi ?
3.      Bagaimana dan Apa penyebab penyakit Hipertensi ?
4.      Apa tanda dan gejela penyakit Hipertensi ?
5.      Bagaimanapemeriksaan Laboratoriumterkait penyakit Hipertensi ?
6.      Bagaimana komplikasi penyakit terkait Hipertensi ?
7.      Bagaimana pengarur nutrisi terhadap penyakit Hipertensi ?
               
C.    Tujuan
Adapun tujuan penulisan modul ini, yaitu:
1.      Menjelaskan pengetahuan penyakit Hipertensi
2.      Menyebutkan jenis-jenis penyakit Hipertensi
3.      Menjelaskan penyebab penyakit Hipertensi
4.      Menyebutkan tanda dan gejela penyakit Hipertensi
5.  Menyebutkan pemeriksaan laboratorium terkait penyakit Hipertensi
6.  Menjelaskan komplikasi penyakit terkait Hipertensi
7.  Menjelaskan pengaruh nutrisi terhadap penyakit Hipertensi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Hipertensi

Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
            Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi (JNC7)
Tekanan sistolik
Tekanan diastolik
mmHg
kPa
Normal
90–119
12–15,9
60–79
8,0–10,5
Pra-hipertensi
120–139
16,0–18,5
80–89
10,7–11,9
Hipertensi Derajat 1
140–159
18,7–21,2
90–99
12,0–13,2
Hipertensi Derajat 2
≥160
≥21,3
≥100
≥13,3
≥140
≥18,7
<90
<12,0

 

 

Dewasa

Pada orang berusia 18 tahun ke atas, hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg: lihat tabel — Klasifikasi (JNC7)). Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah, digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85 mmHg). Beberapa pedoman internasional terbaru tentang hipertensi juga telah membuat kategori di bawah kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko yang berkelanjutan pada tekanan darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC7 (2003)menggunakan istilah pra-hipertensi untuk tekanan darah dalam kisaran sistolik 120–139 mmHg dan/atau diastolik 80–89 mmHg, sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004) menggunakan kategori optimal, normal, dan normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai berikut: JNC7 membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut. Pedoman ESH-ESC (2007)dan BHS IV (2004), mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III) untuk orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila Obat farmasi/obat-obatan tidak mengurangi tekanan darah menjadi normal.

 

Neonatus dan bayi

Hipertensi pada neonatus jarang terjadi, dan hanya terjadi pada sekitar 0,2 sampai 3% neonatus. Tekanan darah tidak diukur secara rutin pada bayi baru lahir yang sehat.Hipertensi lebih umum terjadi pada bayi baru lahir berisiko tinggi. Berbagai faktor, seperti usia gestasi, usia pascakonsepsi, dan berat badan lahir perlu dipertimbangkan ketika memutuskan apakah tekanan darah termasuk normal pada neonates.

Anak dan remaja

Hipertensi cukup umum terjadi pada anak dan remaja (2–9% bergantung pada usia, jenis kelamin, dan etnisitas) dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami kesehatan yang buruk.Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga tahun diperiksa tekanan darahnya kapanpun mereka melakukan kunjungan atau pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi baru dipastikan setelah kunjungan berulang sebelum menyatakan seorang anak mengalami hipertensi. Tekanan darah meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan pada anak, hipertensi didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang pada tiga atau lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari persentil ke-95 yang sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak. Pra-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih besar atau sama dengan persentil ke-90, tapi lebih kecil dari persentil ke-95. Pada remaja, diusulkan bahwa hipertensi dan pra-hipertensi didiagnosis dan digolongkan dengan menggunakan kriteria dewasa

2.2  Jenis – jenis penyakit Hipertensi
Tekanan darah tinggi primer
Hampir 95% dari semua kasus hipertensi yang ditemukan adalah tekanan darah tinggi primer atau disebut juga hipertensi esensial. Penyebabnya adalah gabungan dari beberapa faktor yakni gen, gaya hidup, berat badan, dan lainnya. Biasanya, dokter menyarankan untuk melakukan modifikasi pada gaya hidup dan pola makan. Jika perubahan gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan untuk menormalkan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor penyebab hipertensi sekunder yang paling umum adalah kerusakan dan disfungsi ginjal. Penyebab lainnya adalah tumor, masalah pada kelenjar tiroid, kondisi selama kehamilan, dan lain-lain. Biasanya, hipertensi jenis ini bisa disembuhkan jika penyebabnya lebih dulu disembuhkan.
Tekanan darah tinggi maligna
Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat berkembang. Hipertensi maligna sangat cepat untuk merusak organ dalam tubuh. Jika dalam lima tahun hipertensi maligna tidak diobati, konsekuensinya adalah kematian yang disebabkan oleh kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi jenis ini dapat diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Seseorang yang menderita hipertensi jenis ini merasakan kebas di sekujur tubuh, penglihatan kabur, kecemasan, dan sangat kelelahan.
Tekanan darah tinggi sistolik terisolasi
Jenis hipertensi ini disebabkan oleh umur, mengonsumsi tembakau, diabetes, dan diet yang salah. Pada hipertensi ini, arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan sistolik (tekanan darah saat jantung berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik (tekanan darah saat jantung istirahat) normal.


White coat hypertension
Hipertensi jenis ini hanya terjadi jika pasien sedang berada di pusat klinik atau rumah sakit. Jenis tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh kegugupan saat akan diperiksa oleh pihak rumah sakit. Di luar rumah sakit, tekanan darah pasien ini sangat normal. Jika terjadi hal yang sama dalam pemeriksaan ulang maka jenis hipertensi ini tidak perlu diobati.
Hipertensi resisten
Penderita hipertensi resisten tidak merespon obat apapun lagi. Hipertensi dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup menurunkan tekanan darah. Maka diperlukan 4 macam jenis obat untuk menurunkan tekanan darah.

2.3  Penyebab penyakit Hipertensi

Hipertensi primer

Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak 90–95% dari seluruh kasus hipertensi. Dalam hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan darah tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi asupangaram dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga, penurunan berat badandan menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah. Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres, konsumsi kafein, dan defisiensi Vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi. Studi terbaru juga memasukkan kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa. Namun, mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari hipertensi. Hipertensi juga bias disebabkan oleh kondisi endokrin seperti sindrom Cushing, hipertiroidsme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma. Penyebab lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.

2.4  Tanda dan gejela penyakit Hipertensi

Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan.

Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada pemeriksaan fundus optic dibelakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.
Hipertensi sekunder
Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya, obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies), "punuk kerbau" (buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing. Penyakit tiroid danakromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang khas.Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke ginjal).
Berkurangnya tekanan darah di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta (penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung). Hipertensi yang sangat bervariasi dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.
Krisis hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi) sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki gejala, tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus)dan pusing dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi mencakup berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu karena gagal ginjal.Kebanyakan orang dengan krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan darah tinggi, tetapi pemicu tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.
"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna", terjadi saat terdapat bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih sebagai akibat meningkatnya tekanan darah. Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh pembengkakan dan gangguan fungsi otak, dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan kesadaran (kebingungan atau rasa kantuk).
 Papiledema retina dan perdarahan fundus serta eksudat adalah tanda lain kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut menjadiserangan jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalam aorta. Sesak napas, batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema paru.
Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat gagal ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk memompa cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri.Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal akut/acute kidney injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah) juga mungkin terjadi.Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara cepat untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi.Sebaliknya, tidak ada bukti bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti tidak ada risiko. Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.
Kehamilan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan. Kebanyakan wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam urin. Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar 16% dari semua kematian ibu secara global. Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali lipat.Biasanya preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Bila terjadi preeklampsia, gejala yang paling umum adalah sakit kepala, gangguan penglihatan (sering dalam bentuk “kilatan cahaya”), muntah, nyeri epigastrium, dan edema (bengkak).
 Terkadang preeklampsia bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Ekslampsia adalah suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan, pembengkakan otak, kejang tonik-klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravascular diseminata (gangguan pembekuan darah).

Bayi dan anak

Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi, dan kesulitan bernafasbisa dikaitkan dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan bayi usia muda. Pada bayi yang lebih besar dan anak, hipertensi bisa menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang jelas, lesu, gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan, dan kelumpuhan wajah.

 

2.5  Pemeriksaan Laboratorium terkait penyakit Hipertensi
pemeriksaan laboratorium terhadap penyakit Hipertensi secara berkala perlu dilakukan meskipun tidak terdapat keluhan, Pemeriksaan dilakukan untuk menilai pola hidup dan identifikasi faktor risiko kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) lain yang dapat mempengaruhi prognosis dan pengobatan, untuk mengidentifikasi beberapa hal yang dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi, serta untuk menilai ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan :
Hematologi rutin
Hipertensi yang tidak diobati biasanya dapat meningkatkan sel darah putih (leukosit) serta beberapa perubahan komponen darah

Gula darah
Hipertensi yang disertai dengan diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko pada organ – organ penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa dalam darah.

Profil lemak
Penyandang hipertensi berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko akan semakin besar apabila disertai peningkatan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol LDL, serta penurunan kolesterol HDL.

Fungsi ginjal
Hipertensi merupakan faktor pemicu utama terjadinya penyakit ginjal dan gagal ginjal. Bila aliran darah ke ginjal, jaringan ginjal atau saluran pembuangan ginjal terganggu, maka jelas fungsi gnjal akan terganggu, bahkan dapat berhenti sama sekali, yang disebut juga dengan gagal ginjal tahap akhir. Oleh karena itu, pemantauan fungsi ginjal penting untuk dilakukan. Berikut pemeriksaan yang berkaitan :
-          Urea N
-          Kreatinin
-          Asam urat
-          Albumin urin kuantitatif (AUK)
-          Gangguan elektrolit
-          Pemeriksaan natrium
-          Pemeriksaan kalium
-          hsCRP

hsCRP merupakan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat inflamasi (peradangan). Peningkatan tekanan darah berhubungan erat dengan peningkatan hsCRP sehingga faktor kardiovaskular semakin tinggi.

-          Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi :
Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
Untuk memperkirakan prognosis
Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke

Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu :
·         Panel Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah didiagnosis Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
·      Panel Hidup Sehat dengan Hipertensi : Untuk memantau keberhasilan terapi
2.6  Komplikasi penyakit terkait Hipertensi

Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak (stroke) akibatnya, darah tercecer dari daerah tertentu otak sedangkan bagian lain otak tidak teraliri cukup sehingga bagian otak menjadi rusak.

Kerusakan jantung
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran otot jantung kiri disebabkan jantung bekerja keras untuk memompa darah.
-          Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002).

Akibat hipertensi pada sistem jantung dan pembuluh darah adalah:
a.       Kerusakan pembuluh darah
Tekanan darah yang tinggi dan secara terus menerus menambah beban pembuluh arteri secara perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Hipertensi juga mendorong proses trbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner. Hal ini meningkatkan resistensi pada aliran darah yang menambah naiknya tekanan darah,sehingga Hipertensi menadi salah satu resiko PJK.
b.      Stroke
Adalah terganggunya aliran darah dipembuluh arteri menuju otak. NSA (National Stroke Assosiation) menjelaskan sebagai berikut:
-          Pembuluh arteri dan cabang-cabangnya mensuplai darah ke otak. Namun demikian terdapat beberapa area dari otak disuplai darah dari beberapa arteri.
-          Otak manusia terdiri dari beberapa bagian. Tiap bagianmengontrol motor (pergerakan)danbeberapa sensor tertentu. Kerusakan akibat stroke dapat mengakibatkan paralisis/tdk dpt bergerak, sukar berbicara dan kehilangan koordinasi.
-          Suatu plak atau clot yang timbul di arteri yang mengganggu suplai darah ke otak dapat menyebabkan stroke. Plak tersebut terbentuk dari arteriosklerosis yg disebabkanoleh kolesterol yang menumpuk pada arteri.

Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan. Akhirnya, pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun hingga mengalami kegagalan ginjal.Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).

Kerusakan mata
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada mata sehingga penglihatan terganggu.



Ensefalopati
Enselofati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

Diabetes Melitus
Semua pasien DM dan hipertensi harus diterapi dengan menggunakan ACE-inhibitor atau ARB. Kedua golongan obat tersebut bersifat nephroprotection dan menurunkan resiko pada kardiovaskuler.
Infark miokard
dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).  

2.7  Pengaruh nutrisi terhadap penyakit Hipertensi

Konsumsi makanan penderita Hipertensi merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap penurunan dan peningkatan tekanan darah yang dialami oleh penderita Hipertensi. Oleh karena itu, dengan mengatur pola makanan dipercaya bisa turunkan tekanan darah.

Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy dalam tubuh. Oleh karena itu menu diet hipertensi haruslah mengandung karbohidrat. Sedangkan karbohidrat untuk diet hipertensi yang baik adalah karbohidrat yang berasal dari biji-bijian. selain itu kandungan untuk karbohidrat haruslah sesuai takaran. Seperti untuk roti gandum cukup 1 lembar saja, sereal 100 gram dan nasi cukup 70% gram saja. Untuk lebih maksimal, maka pilihlah menu diatas yang kaya protein dan mengandung lemak jenuh rendah. Misalnya untuk nasi, nasi yang baik adalah nasi yang berasal dari beras merah. Karena beras merah mengandung sedikit lemak jenuh dan gula, berbeda dengan beras putih seperti biasanya.

Sayur dan buah
Sayuran dan buah merupakan menu diet yang paling baik. Tidak hanya untuk hipertensi sayuran dan buah juga sangat baik untuk diet yang lain. Karena baik dalam sayuran maupun buah banyak terkandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Selain itu sayuran maupun buah mampu memberikan efek baik bagi hipertensi. Keduanya mampu mengontrol tekanan darah tinggi. Sehingga penyakit darah dinggi yang di derita tidak menimbulkan komplikasi dan yang paling penting adalah mengurangi resiko kemunculan penyakit kronis lainnya.

Susu
Susu yang dimaksud bukanlah susu yang banyak mengandung lemak. Akan tetapi susu yang rendah lemak. Selain itumengkonsumsi yogurt juga sangat baik untuk dijadikan menu diet hipertensi. Karena susu banyak terkandung vitamin D dan kalsium yang merupakan nutrisi penting bagi tubuh. Akan tetapi dalam menjadikan susu sebagai menu diet hipertensi haruslah seimbang dan susuai takaran tertentu. Karena jika kelebihan konsumsi susu maka juga tidak baik untuk penderita hipertensi.

Lemak dan Gula
Lemak dan Gula tidak selamanya memberikan efek burukpada hipertensi. Selagi sesuai dengan kadar dan takaran perhari maka lemak maupun gula bisa dijadikan sebagai menu diet hipertensi. Bahkan kalau perlu pilihlah menu yang mengandung lemak tidak jenuh dan gulanya juga mengandung gula rendah kalori.

Mineral
Magnesium merupakan mineral yang sangat penting untuk sistem saraf. Kekurangan magnesium ditandai dengan gejala seperti tekanan darah tinggi/ hipertensi, retensi air dan depresi. Anda juga sebaiknya mengurangi konsumsi alkohol karena alkohol menguras magnesium dan mengurangi kemampuan tubuh menyerap magnesium dari makanan. Kelebihan konsumsi alkohol merupakan salah satu penyebab tekanan darah tinggi. Kacang-kacangan mentah (dalam jumlah sedang jika Anda kelebihan berat badan) dan biji-bijian merupakan sumber yang bagus untuk mendapatkan magnesium dan produk susu rendah lemak sumber yang baik untuk mendapatkan kalsium.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.




DAFTAR PUSTAKA






http://loetoego.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-penyakit-hipertensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar