MODUL
PATHOFISIOLOGI
HIPERTENSI
Disusun
Oleh :
Antias
Eva Puspa Ningrum : 11S10004
Henny
Septiana : 11S10016
Rianti Esmerelda :
11S10030
Risna
Herliani :
11S10032
Yessiya Ensepa : 11S10039
Yusida
Arianti :
12S10024
DOSEN
PENGAJAR
dr.
Safril
PROGRAM
STUDI S1 GIZI
STIKES HUSADA BORNEO BANJARBARU
TAHUN
2013 / 2014
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI.......................................................................................... 2
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................
3
A.
Latar Belakang............................................................................ 3
B.
Rumusan
Masalah....................................................................... 4
C.
Tujuan.......................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................... 5
A. Pengertian Penyakit Hipertensi................................................... 5
B. Jenis-jenis Penyakit Hipertensi ................................................... 7
C. Penyebab Hipertensi..................................................................... 8
D.
Tanda dan Gejala Hipertensi
...................................................... 9
E.
Pemeriksaan Laboraturium
Terkait Penyakit Hipertensi............... 11
F. Komplikasi Berbagai Penyakit Terkait Hipertensi........................ 12
G. Pengaruh Nutrisi Terhadap Penyakit Hipertensi.......................... 14
BAB
III PENUTUP............................................................................... 16
A.
Kesimpulan.................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita
oleh banyak orang dan Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah
dan beban fikiran yang semakin meningkat. Hipertensi tidak lagi diderita dari
kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.
Di belahan dunia manapun, termasuk Indonesia, orang kerap
salah paham dengan penyakit hipertensi. Statistik menunjukkan,
penyakit-penyakit “maut”, misalnya jantung dan stoke sering diawali dengan
tekanan darah tinggi. Hanns Peter Wolf, seorang dokter berkebangsaan Jerman,
menyebutkan bahwa sekitar 40% kematian di bawah 65 tahun berawal dari tekanan
darah tinggi (Marliani dan Tantan, 2007).
Penyakit tidak menular khususnya hipertensi telah
menyumbang 3 juta kematian. Pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya
terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang
cukup banyak memengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah
penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi. Pada tahun 2005, telah
menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di
kawasan Asia Tenggara (WHO, 2001).
Hipertensi atau
tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai the
silent killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Secara
global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari
seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi (WHO, 2001).
Kerusakan yang disebabkan dari hipertensi dapat berakibat
fatal yang menimbulkan kompikasi berupa serangan jantung, stroke, perdarahan
dan gangguan ginjal. Hasil survey kesehatan yang dilakukan pada tahun 2001 oleh
Departemen Kesehatan RI, menunjukkan perbandingan orang yang menderita penyakit
hipertensi cukup tinggi, yaitu 56 orang dari 100 orang disurvey, mengidap
penyakit hipertensi (Depkes RI, 2001).
Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia tentang
Pengendalian Hipertensi mengadakan pertemuan di Jenewa, E. Barmes, wakil
Direktur Divisi Penyakit Tidak Menular menjabarkan bahwa hipertensi merupakan
gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan
tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan
sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama
risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan 20-50% dari
seluruh kematian (WHO, 2001).
Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara medis
dan non medis. Melalui cara non medis, penderita hipertensi yang rawat inap
dapat menjalani diet sesuai dengan keluhan penyakit komplikasinya. Jenis diet
diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter tentang penyakit komplikasi
yang diderita oleh penderita hipertensi rawat inap yang bertujuan untuk
memenuhi status gizi, sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Status gizi merupakan konsumsi gizi makanan pada
seseorang yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan seseorang. Status
gizi yang baik diyakini dapat membantu proses penyembuhan penyakit serta
memperlambat timbulnya komplikasi dari hipertensi terutama pada pasien
hipertensi yang menjalani rawat inap. Status gizi pasien hipertensi rawat inap
dapat diukur melalui indeks massa tubuh pasien tersebut. Status gizi yang baik
pada penderita hipertensi dapat dicapai melalui pengendalian berat badan dan
penatalaksanaan diet (Hart dan Tom, 2010).
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu
penyakit Hipertensi ?
2.
Apa saja
jenis-jenis penyakit Hipertensi ?
3.
Bagaimana
dan Apa penyebab penyakit Hipertensi ?
4.
Apa
tanda dan gejela penyakit Hipertensi ?
5.
Bagaimanapemeriksaan
Laboratoriumterkait penyakit Hipertensi ?
6.
Bagaimana
komplikasi penyakit terkait Hipertensi ?
7.
Bagaimana
pengarur nutrisi terhadap penyakit Hipertensi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan
modul ini, yaitu:
1. Menjelaskan pengetahuan penyakit Hipertensi
2. Menyebutkan jenis-jenis penyakit Hipertensi
3. Menjelaskan penyebab penyakit Hipertensi
4. Menyebutkan tanda dan gejela penyakit
Hipertensi
5. Menyebutkan pemeriksaan laboratorium terkait
penyakit Hipertensi
6. Menjelaskan komplikasi penyakit terkait
Hipertensi
7. Menjelaskan pengaruh nutrisi terhadap
penyakit Hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga
dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di
arteri meningkat. Peningkatan
ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua
pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi
(sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal
pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas)
100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah
tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi
(JNC7)
|
Tekanan sistolik
|
Tekanan diastolik
|
||
mmHg
|
kPa
|
|||
Normal
|
90–119
|
12–15,9
|
60–79
|
8,0–10,5
|
Pra-hipertensi
|
120–139
|
16,0–18,5
|
80–89
|
10,7–11,9
|
Hipertensi Derajat 1
|
140–159
|
18,7–21,2
|
90–99
|
12,0–13,2
|
Hipertensi Derajat 2
|
≥160
|
≥21,3
|
≥100
|
≥13,3
|
≥140
|
≥18,7
|
<90
|
<12,0
|
Dewasa
Pada orang berusia 18 tahun ke atas, hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg: lihat tabel — Klasifikasi (JNC7)). Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah, digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85 mmHg). Beberapa pedoman internasional terbaru tentang hipertensi juga telah membuat kategori di bawah kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko yang berkelanjutan pada tekanan darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC7 (2003)menggunakan istilah pra-hipertensi untuk tekanan darah dalam kisaran sistolik 120–139 mmHg dan/atau diastolik 80–89 mmHg, sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004) menggunakan kategori optimal, normal, dan normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai berikut: JNC7 membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut. Pedoman ESH-ESC (2007)dan BHS IV (2004), mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III) untuk orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila Obat farmasi/obat-obatan tidak mengurangi tekanan darah menjadi normal.
Neonatus dan bayi
Hipertensi
pada neonatus jarang terjadi, dan hanya terjadi pada
sekitar 0,2 sampai 3% neonatus. Tekanan darah tidak diukur secara rutin pada
bayi baru lahir yang sehat.Hipertensi lebih umum terjadi pada bayi baru lahir
berisiko tinggi. Berbagai faktor, seperti usia gestasi, usia pascakonsepsi, dan berat badan lahir perlu dipertimbangkan ketika
memutuskan apakah tekanan darah termasuk normal pada neonates.
Anak dan remaja
Hipertensi
cukup umum terjadi pada anak dan remaja (2–9% bergantung pada usia, jenis
kelamin, dan etnisitas) dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami
kesehatan yang buruk.Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga
tahun diperiksa tekanan darahnya kapanpun mereka melakukan kunjungan atau
pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi baru dipastikan setelah kunjungan
berulang sebelum menyatakan seorang anak mengalami hipertensi. Tekanan darah
meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan pada anak, hipertensi
didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang pada
tiga atau lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari
persentil ke-95 yang sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak.
Pra-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan
diastolik yang lebih besar atau sama dengan persentil ke-90, tapi lebih kecil
dari persentil ke-95. Pada remaja, diusulkan bahwa hipertensi dan
pra-hipertensi didiagnosis dan digolongkan dengan menggunakan kriteria dewasa
2.2 Jenis – jenis penyakit Hipertensi
Tekanan darah tinggi primer
Hampir 95% dari semua kasus hipertensi yang
ditemukan adalah tekanan darah tinggi primer atau disebut juga hipertensi
esensial. Penyebabnya adalah gabungan dari beberapa faktor yakni gen, gaya
hidup, berat badan, dan lainnya. Biasanya, dokter menyarankan untuk melakukan
modifikasi pada gaya hidup dan pola makan. Jika perubahan gaya hidup tidak
menurunkan tekanan darah, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan untuk
menormalkan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor penyebab hipertensi sekunder yang paling umum adalah kerusakan
dan disfungsi ginjal. Penyebab lainnya adalah tumor, masalah pada kelenjar
tiroid, kondisi selama kehamilan, dan lain-lain. Biasanya, hipertensi jenis ini
bisa disembuhkan jika penyebabnya lebih dulu disembuhkan.
Tekanan darah tinggi maligna
Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah
dan cepat berkembang. Hipertensi maligna sangat cepat untuk merusak organ dalam
tubuh. Jika dalam lima tahun hipertensi maligna tidak diobati, konsekuensinya
adalah kematian yang disebabkan oleh kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal.
Namun, hipertensi jenis ini dapat diobati dengan catatan pengobatan dilakukan
secara intensif dan berkelanjutan. Seseorang yang menderita hipertensi jenis
ini merasakan kebas di sekujur tubuh, penglihatan kabur, kecemasan, dan sangat
kelelahan.
Tekanan darah tinggi sistolik terisolasi
Jenis hipertensi ini disebabkan oleh umur,
mengonsumsi tembakau, diabetes, dan diet yang salah. Pada hipertensi ini,
arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan sistolik (tekanan darah saat jantung
berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik (tekanan darah saat jantung
istirahat) normal.
White coat
hypertension
Hipertensi jenis ini hanya terjadi jika
pasien sedang berada di pusat klinik atau rumah sakit. Jenis tekanan darah
tinggi ini disebabkan oleh kegugupan saat akan diperiksa oleh pihak rumah
sakit. Di luar rumah sakit, tekanan darah pasien ini sangat normal. Jika
terjadi hal yang sama dalam pemeriksaan ulang maka jenis hipertensi ini tidak
perlu diobati.
Hipertensi resisten
Penderita hipertensi resisten tidak merespon
obat apapun lagi. Hipertensi dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup
menurunkan tekanan darah. Maka diperlukan 4 macam jenis obat untuk menurunkan
tekanan darah.
2.3 Penyebab
penyakit Hipertensi
Hipertensi
primer
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis
hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak 90–95% dari seluruh kasus
hipertensi. Dalam hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat
seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di
kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang
kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit
berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga beberapa
gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan darah tetapi dasar genetik dari hipertensi
masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi
tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya
mengurangi asupangaram dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan
dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga, penurunan berat badandan menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah. Kemungkinan
peranan faktor lain seperti stres, konsumsi kafein, dan defisiensi Vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom metabolik),
juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi. Studi terbaru juga memasukkan
kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi
esensial dewasa. Namun, mekanisme
yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab
yang diketahui. Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari
hipertensi. Hipertensi juga bias disebabkan oleh kondisi endokrin
seperti sindrom Cushing, hipertiroidsme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom
Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma. Penyebab lain dari hipertensi
sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat
tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis
(licorice) yang berlebihan, serta obat
resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.
2.4 Tanda dan gejela penyakit Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan
pengenalannya biasanya melalui skrining, atau
saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan.
Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada
pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga),
gangguan penglihatan atau pingsan.
Pada pemeriksaan
fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi
pada pemeriksaan fundus optic dibelakang mata dengan menggunakan oftalmoskop. Biasanya beratnya perubahan retinopati
hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin
sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang
telah mengalami hipertensi.
Hipertensi sekunder
Beberapa
tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin.
Contohnya, obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies), "punuk kerbau" (buffalo hump),
dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing. Penyakit tiroid danakromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala
dan tanda yang khas.Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke
ginjal).
Berkurangnya
tekanan darah di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta (penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung).
Hipertensi yang sangat bervariasi dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan
berkeringat harus segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.
Krisis hipertensi
Peningkatan
tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau
diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau
akselerasi) sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah
di atas tingkat ini memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi.
Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki gejala,
tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus)dan pusing
dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi mencakup
berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu karena gagal ginjal.Kebanyakan orang dengan
krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan darah tinggi, tetapi pemicu
tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.
"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna", terjadi
saat terdapat bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih sebagai
akibat meningkatnya tekanan darah. Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh pembengkakan dan gangguan
fungsi otak, dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan kesadaran (kebingungan atau rasa kantuk).
Papiledema retina dan perdarahan fundus serta eksudat adalah tanda lain kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan otot jantung (yang bisa
berlanjut menjadiserangan
jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya
dinding dalam aorta.
Sesak napas, batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema paru.
Kondisi
ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat gagal ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk memompa cukup darah dari paru-paru ke
sistem arteri.Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal akut/acute
kidney injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah) juga mungkin
terjadi.Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara cepat
untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi.Sebaliknya, tidak ada
bukti bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan
hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan organ target. Penurunan
tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti tidak ada risiko. Penggunaan obat-obatan oral untuk
menurunkan tekanan darah secara bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan
dalam kedaruratan hipertensi.
Kehamilan
Hipertensi
atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan. Kebanyakan wanita hamil yang mengalami
hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada sebelumnya.
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu
kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan
dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan adanya
protein di dalam urin. Preeklampsia
muncul pada sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar 16% dari
semua kematian ibu secara global. Preeklampsia
juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali lipat.Biasanya
preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Bila terjadi preeklampsia, gejala yang paling umum adalah
sakit kepala, gangguan penglihatan (sering dalam bentuk “kilatan cahaya”), muntah,
nyeri epigastrium, dan edema (bengkak).
Terkadang preeklampsia bisa berkembang menjadi
kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Ekslampsia adalah
suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti
hilangnya penglihatan, pembengkakan otak, kejang tonik-klonik atau konvulsi,
gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravascular diseminata (gangguan
pembekuan darah).
Bayi dan anak
Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi, dan kesulitan bernafasbisa dikaitkan dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan bayi usia muda. Pada bayi yang lebih besar dan anak, hipertensi bisa menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang jelas, lesu, gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan, dan kelumpuhan wajah.
2.5 Pemeriksaan Laboratorium terkait penyakit
Hipertensi
pemeriksaan laboratorium terhadap penyakit
Hipertensi secara berkala perlu dilakukan meskipun tidak terdapat keluhan, Pemeriksaan
dilakukan untuk menilai pola hidup dan identifikasi faktor risiko
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) lain yang dapat mempengaruhi
prognosis dan pengobatan, untuk mengidentifikasi beberapa hal yang dapat
menyebabkan tekanan darah yang tinggi, serta untuk menilai ada tidaknya
kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular.Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan meliputi pemeriksaan :
Hematologi
rutin
Hipertensi yang tidak diobati
biasanya dapat meningkatkan sel darah putih (leukosit) serta beberapa perubahan
komponen darah
Gula
darah
Hipertensi yang disertai dengan
diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko
pada organ – organ penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar
glukosa dalam darah.
Profil
lemak
Penyandang hipertensi berisiko
mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko akan semakin besar apabila disertai
peningkatan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol LDL, serta penurunan
kolesterol HDL.
Fungsi
ginjal
Hipertensi merupakan faktor pemicu
utama terjadinya penyakit ginjal dan gagal ginjal. Bila aliran darah ke ginjal,
jaringan ginjal atau saluran pembuangan ginjal terganggu, maka jelas fungsi
gnjal akan terganggu, bahkan dapat berhenti sama sekali, yang disebut juga
dengan gagal ginjal tahap akhir. Oleh karena itu, pemantauan fungsi ginjal
penting untuk dilakukan. Berikut pemeriksaan yang berkaitan :
-
Urea N
-
Asam urat
-
Gangguan elektrolit
-
Pemeriksaan natrium
-
Pemeriksaan kalium
-
hsCRP
hsCRP merupakan
pemeriksaan untuk mengetahui tingkat inflamasi (peradangan). Peningkatan
tekanan darah berhubungan erat dengan peningkatan hsCRP sehingga faktor
kardiovaskular semakin tinggi.
-
Tujuan pemeriksaan laboratorium pada
pasien hipertensi :
Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
Untuk memperkirakan prognosis
Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi
risiko penyakit jantung koroner dan stroke
Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu
:
·
Panel
Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah didiagnosis
Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
·
Panel
Hidup Sehat dengan Hipertensi : Untuk memantau keberhasilan terapi
2.6 Komplikasi penyakit terkait Hipertensi
Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak (stroke) akibatnya, darah tercecer dari daerah tertentu
otak sedangkan bagian lain otak tidak teraliri cukup sehingga bagian otak
menjadi rusak.
Kerusakan jantung
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembesaran otot
jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran otot jantung
kiri disebabkan jantung bekerja keras untuk memompa darah.
-
Gagal
jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan
jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema (Amir, 2002).
Akibat hipertensi pada sistem jantung dan pembuluh darah
adalah:
a.
Kerusakan
pembuluh darah
Tekanan darah yang tinggi dan secara terus menerus menambah
beban pembuluh arteri secara perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan
menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Hipertensi juga
mendorong proses trbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner. Hal ini
meningkatkan resistensi pada aliran darah yang menambah naiknya tekanan
darah,sehingga Hipertensi menadi salah satu resiko PJK.
b.
Stroke
Adalah terganggunya aliran darah dipembuluh arteri menuju
otak. NSA (National Stroke Assosiation) menjelaskan sebagai berikut:
-
Pembuluh
arteri dan cabang-cabangnya mensuplai darah ke otak. Namun demikian terdapat
beberapa area dari otak disuplai darah dari beberapa arteri.
-
Otak
manusia terdiri dari beberapa bagian. Tiap bagianmengontrol motor
(pergerakan)danbeberapa sensor tertentu. Kerusakan akibat stroke dapat
mengakibatkan paralisis/tdk dpt bergerak, sukar berbicara dan kehilangan
koordinasi.
-
Suatu
plak atau clot yang timbul di arteri yang mengganggu suplai darah ke otak dapat
menyebabkan stroke. Plak tersebut terbentuk dari arteriosklerosis yg
disebabkanoleh kolesterol yang menumpuk pada arteri.
Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan. Akhirnya, pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi
ginjal menurun hingga mengalami kegagalan ginjal.Gagal ginjal dapat terjadi
karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,
glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Kerusakan mata
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh
darah dan syaraf pada mata sehingga penglihatan terganggu.
Ensefalopati
Enselofati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi
koma serta kematian (Corwin, 2000).
Diabetes Melitus
Semua pasien DM dan hipertensi harus diterapi dengan
menggunakan ACE-inhibitor atau ARB. Kedua golongan obat tersebut bersifat nephroprotection
dan menurunkan resiko pada kardiovaskuler.
Infark miokard
dapat
terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
2.7 Pengaruh nutrisi terhadap penyakit Hipertensi
Konsumsi
makanan penderita Hipertensi merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh
terhadap penurunan dan peningkatan tekanan darah yang dialami oleh penderita
Hipertensi. Oleh karena itu, dengan mengatur pola makanan dipercaya bisa
turunkan tekanan darah.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy dalam tubuh. Oleh karena itu menu diet hipertensi haruslah mengandung karbohidrat. Sedangkan karbohidrat untuk diet hipertensi yang baik adalah karbohidrat yang berasal dari biji-bijian. selain itu kandungan untuk karbohidrat haruslah sesuai takaran. Seperti untuk roti gandum cukup 1 lembar saja, sereal 100 gram dan nasi cukup 70% gram saja. Untuk lebih maksimal, maka pilihlah menu diatas yang kaya protein dan mengandung lemak jenuh rendah. Misalnya untuk nasi, nasi yang baik adalah nasi yang berasal dari beras merah. Karena beras merah mengandung sedikit lemak jenuh dan gula, berbeda dengan beras putih seperti biasanya.
Karbohidrat merupakan sumber energy dalam tubuh. Oleh karena itu menu diet hipertensi haruslah mengandung karbohidrat. Sedangkan karbohidrat untuk diet hipertensi yang baik adalah karbohidrat yang berasal dari biji-bijian. selain itu kandungan untuk karbohidrat haruslah sesuai takaran. Seperti untuk roti gandum cukup 1 lembar saja, sereal 100 gram dan nasi cukup 70% gram saja. Untuk lebih maksimal, maka pilihlah menu diatas yang kaya protein dan mengandung lemak jenuh rendah. Misalnya untuk nasi, nasi yang baik adalah nasi yang berasal dari beras merah. Karena beras merah mengandung sedikit lemak jenuh dan gula, berbeda dengan beras putih seperti biasanya.
Sayur dan buah
Sayuran dan buah
merupakan menu diet yang paling baik. Tidak hanya untuk hipertensi sayuran dan
buah juga sangat baik untuk diet yang lain. Karena baik dalam sayuran maupun
buah banyak terkandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Selain itu sayuran maupun
buah mampu memberikan efek baik bagi hipertensi. Keduanya mampu mengontrol
tekanan darah tinggi. Sehingga penyakit darah dinggi yang di derita tidak
menimbulkan komplikasi dan yang paling penting adalah mengurangi resiko
kemunculan penyakit kronis lainnya.
Susu
Susu yang dimaksud bukanlah susu yang banyak mengandung lemak. Akan tetapi susu yang rendah lemak. Selain itumengkonsumsi yogurt juga sangat baik untuk dijadikan menu diet hipertensi. Karena susu banyak terkandung vitamin D dan kalsium yang merupakan nutrisi penting bagi tubuh. Akan tetapi dalam menjadikan susu sebagai menu diet hipertensi haruslah seimbang dan susuai takaran tertentu. Karena jika kelebihan konsumsi susu maka juga tidak baik untuk penderita hipertensi.
Susu yang dimaksud bukanlah susu yang banyak mengandung lemak. Akan tetapi susu yang rendah lemak. Selain itumengkonsumsi yogurt juga sangat baik untuk dijadikan menu diet hipertensi. Karena susu banyak terkandung vitamin D dan kalsium yang merupakan nutrisi penting bagi tubuh. Akan tetapi dalam menjadikan susu sebagai menu diet hipertensi haruslah seimbang dan susuai takaran tertentu. Karena jika kelebihan konsumsi susu maka juga tidak baik untuk penderita hipertensi.
Lemak dan Gula
Lemak dan Gula
tidak selamanya memberikan efek burukpada hipertensi. Selagi sesuai dengan
kadar dan takaran perhari maka lemak maupun gula bisa dijadikan sebagai menu
diet hipertensi. Bahkan kalau perlu pilihlah menu yang mengandung lemak tidak
jenuh dan gulanya juga mengandung gula rendah kalori.
Mineral
Magnesium merupakan mineral yang sangat penting untuk sistem
saraf. Kekurangan magnesium ditandai dengan gejala seperti
tekanan darah tinggi/ hipertensi, retensi air dan depresi. Anda juga
sebaiknya mengurangi konsumsi alkohol karena alkohol menguras magnesium dan
mengurangi kemampuan tubuh menyerap magnesium dari makanan. Kelebihan konsumsi
alkohol merupakan salah satu penyebab tekanan darah tinggi. Kacang-kacangan
mentah (dalam jumlah sedang jika Anda kelebihan berat badan) dan biji-bijian
merupakan sumber yang bagus untuk mendapatkan magnesium dan produk susu rendah
lemak sumber yang baik untuk mendapatkan kalsium.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi yaitu apabila
tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Gejala hipertensi yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung,
rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
DAFTAR PUSTAKA
http://loetoego.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-penyakit-hipertensi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar